Senin, 22 Oktober 2018

Hal unik yang terjadi di pesantren

SATU PIRING BERDUA
Berbalut keheningan pagi, Aku seakan tak berdaya dibuatnya. Hembusan angin pagi tak bisa kurasakan karena tak tertembus oleh jendela pesantren yang tertutup .Pagi itu, ketika embun pagi muncul di balik sela-sela kaca jendela kamar, seperti tetesan air yang begitu indah jika dilihat dengan sepasang mata yang di anugerahkan Tuhan. Ku keluarkan  kepalaku untuk merasakan tetesan embun terakhir yang jatuh perlahan seiring fajar menyapa dedaunan dunia.
 Di Pesantren inilah aku mengerti arti kehidupan. Kehidupan yang pernah aku jalani sebelum di pesantren sangatlah jauh berbeda, yang dulu nya aku adalah seorang yang tak pernah mengikuti aturan kini aku mengerti apa arti dari kata aturan. Ntah angin apa yang merasukiku hingga aku mau mengikuti segala aturan yang ada di pesantren.
Ketika sekitar pukul 04.00 WIB, abang-abang senior pesantren masuk ke setiap kamar dengan membawa rotan untuk membangunkan kami.
‘’ bangun…bangun…bangun’’, seru abang senior pesantren.
‘’ eughhhhhh, iya bang’’, sahutku, sedikit membuka mata dari tidur. Tapi aku belum juga beranjak dari tidurku.
 ‘’ ctarrrr’’ sebuah sabetan mengarah ke arah betisku.
‘’ bangun….’’, Seru abang senior sekali lagi dengan wajah marah.
‘’ iya bang’’ , langsung saja aku terbangun dan berlari ketempat wudhu’ .
Setelah berwudhu', aku menyegerakan ke masjid dan ikut melaksanakan sholat berjama’aah bersama santri lainnya. Karena aku sedikit terlambat jadi aku masbuk di belakang. Selesai sholat aku pun bergegas untuk mandi karena kamar mandi hanya ada 4, jadi kami semua santri mandi secara bergiliran. Selesai mandi segera ku memakai seragam sekolah karena pesantren kami saat itu sudah menjadi pesantren modern bukan pesantren salafiyah. Seperti biasa layak nya sekolah-sekolah umum yang berada di kampungku.
Setelah semua santri sudah masuk ke kelas masing-masing. Guru pun masuk ke kelas. Kebetulan guru yang mengajar kelas kami adalah guru yang sangat disegani oleh semua santri di pesantren. Beliau adalah guru Muhammad Hasan dan beliau mengajar fiqh.
‘Assalamu’alaikum waraahmatullahi wabarakatuh’’, ucap beliau masuk dengan mengucap salam dan berjalan menuju ke meja guru.
‘’Wa’alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh’’, jawab kami satu kelas secara bersamaan.
Seperti biasa beliau sebelum mengajar selalu memulai nya dengan membaca Al-Fatihah. Setelah membaca Al-Fatihah, beliau langsung bertanya ‘’ sampai dimana pelajaran kita’’, Tanya beliau.
‘’Pengertian Jinayah Guru’’, jawabku.
Waktu terus berjalan dan guru berganti guru, dan sampailah pada pukul 11.55 WIB dan kami pun sholat zhuhur berjam’ah di masjid. Setelah sholat berjama’ah kami pun melanjutkan pelajaran hingga pukul 13.30.  tibalah waktu pulang ke asrama. Dan tiba-tiba Pembina asrama mengumumkan kalau belajar salafiyah hari ini libur.
‘’Senangnya’’ ucapku di dalam hati.
sore ini adalah  suatu masa dimana kami para santri meluangkan waktu yang bebas dari dunia persekolahan. Semua santri memiliki kegiatannya masing-masing di hari libur ini, ada yang bermain sepak bola, ada yang lebih memilih memghafal Al-Qur’an, dan ada juga yang lebih suka menyendiri.
Aku termasuk orang yang suka menyendiri menghabiskan waktuku dengan menggores Kaligrafi. Hari ini aku melampiaskan hobiku dalam sunyi, hari ini aku hanya ditemani Tinta hitam dan kertas putih tanpa dosa yang aku jadikan sasaran untuk hobiku ini. Hobi yang tiada henti pada tanganku, aku menggoreskan tinta hitam di buku-bukuku, di atas kertas putih yang masih putih polos. Kertas putih maafkanlah aku karena aku tiada teman melainkan hanya kamu. Lewat goresan kalam mengalir tinta-tinta kehidupan.
 Melukiskan cerita tentang hidup dan kehidupan. Ada cinta, duka, suka, bahagia, dan warna-warna kehidupan lainnya. Semuanya menghinggap beriringan dengan sang waktu yang terus berputar. Alam  yang luas dan membentang adalah medan-medan yang terlewati oleh sebuah kisah yang terurai dan terangkai dalam tinta yang mengandung makna. Dan hidup adalah seperti kertas putih yang tergoreskan tinta, semuanya akan tertulis dalam sanubari manusia yang menjalani hidupnya.
Ketika sedang asyiknya menggores, tiba-tiba temanku mengejutkan ku dari belakang.
‘’ Dorrrrr ‘’
‘’ Ehhh kamu ternyata Win, mengejutkanku saja untung saja aku tidak mempunyai penyakit jantung, kalau ada bisa copot jantungku’’, ucapku dengan perasaan kesal.
‘’Ahhh kamu ini seperti baru kenal denganku saja…hehh’’, jawabnya sambil tertawa.
‘’ Kamu sih suka mengejutkanku dengan tiba-tiba’’ jawabku dengan persaan masih kesal.
‘’Hehh iya deh, aku minta maaf’’, ucapnya sambil mengulurkan tangannya.
‘’ Ya sudah, aku memaafkanmu’’, jawabku dengan menyambut uluran tangannya.
‘’Ehh apa kamu gak bosan setiap hari menulis kaligrafi terus, perasaan menulis kaligrafi itu jenuh deh, kok kamu bisa hampir setiap hari menulisnya’’, Tanya nya dengan wajah heran.
‘’Ya nggak lah, inikan hobiku’’, jawabku.
‘’Ooo gitu, ya sudah lanjutkan saja goresan mu itu, maaf ni ganggu, hehhh’’, ucap nya sambil mengarah kepintu meninggalkanku.
‘’ Okeh’’, ucapku sedikit kesal karena tadi ia mengejutkanku.
Tak terasa waktu ashar pun tiba. Teman ku Darwin kembali menemuiku yang sedang asik nya menggores.
‘’ Ehh kamu masih saja menggores, lihat tu jam sudah waktunya untuk sholat ashar’’, seru nya. Kali ini ia tidak mengejutkanku.
‘’ Astaghfirullah… iyaa aku lupa, karena terlalu asik menggores’’, ucapku dengan perasaan kaget.
‘’ Kamu sih… kebiasaan lupa dengan waktu’’, ucap nya. Menyeramahiku.
‘’ Hehhhh… iya...iya.. makasih ya sudah mengingatkanku’’, jawabku sambil  tertawa.
Dan aku pun segera kemasjid dan melaksanakan sholat berjama’ah bersama santri lainya. Setelah selesai berjama’ah aku pun segera mandi karena tidak mau berhimpit-himpitan dengan santri lainnya. Setelah itu aku pergi kemasjid lagi dan menunggu waktu Maghrib tiba, sambil menunggu sebaiknya aku membaca Al-Qur’an karena sebelum maghrib masih ada waktu sekitar 20 menit.
Maghrib adalah bagian waktu dalam hari atau keadaaan setengah gelap di bumi sesudah matahari terbenam, ketika piringan matahari secara keseluruhan telah hilang dari cakrawala.
Dan pada akhirnya suara beduk pun berbunyi, segera ku selesaikan bacaaan ku. Dan segera aku mengambil saf yang paling depan, karena saf paling depan itu lebih baik dari saf yang kedua. Akhirnya sholat Maghrib pun selesai, sambil menunggu isya kami para santri bercerita-cerita tentang cinta monyet di pesantren.
‘’ Ehh ris, apa ngga ada satu pun santriwati yang bisa menarik perhatianmu’’, seru temanku Denis.
‘’ Ada sih, tapi dia terlalu cuek’’, jawabku malu-malu.
‘’Oalah… aku kira orang sepertimu tidak akan tertarik dengan satu pun santriwati yang ada disini’’, ucapnya sambil tertawa.
‘’ Yaa nggak lah… Aku ini pria, jadi wajar kalau tertarik sama lawan jenis, kalau aku suka sama sesame jenis kan bahaya… Hehh’’, ucapku sadikit tertawa.
‘’Hahhh kamu ini..’’, tawanya sambil geleng-geleng kepala.
Tak terasa waktu isya pun tiba, kami para santri pun segera berwudhu’ dan melaksanakan sholat isya berjama’ah. Setelah selesai sholat berjama’ah kami pun masuk ke kelas untuk melanjutkan pelajaran salafiyah. Waktu terus berjalanhingga pukul 21.30 WIB, menandakan kalau jam belajar telah habis dan kami pun kembali ke asrama.
Di asrama kami para santri tidak langsung tidur, setidak nya ada satu atau dua cerita yang di ceritakan.
  ‘’ Heii.. ris’’, seru Darwin.
‘’ Iya ada apa win? ’’, tanyaku.
‘’ Begini, aku bertanya boleh?’’, Tanya nya.
‘’ Boleh, mau Tanya apa?’’, jawabku dan berbalik bertanya kepadanya.
‘’ Apa kamu betah di pesantren ini?, menurutku seperti penjara bagiku, penjara dalam artian suci’’, keluh nya
‘’Aku sih betah di pesantren, karena disinilah aku bisa hidup mandiri, bisa tau arti dari kebersamaan, dan pentingnya mena’ati aturan’’. Jawabku sambil sedikit menasehatinya.
‘’Aku tidak betah disini, disini makanan nya tidak enak’’, keluhnya.
‘’Yah kamu ini… kalau kamu tidak betah, kasihan orang tua mu sudah habis-habisan mengeluarkan uang untuk biayamu di pesantren ini, mengerti...’’, ucapku menasehatinya.
Dia berpikir sejenak dan mulai bicara lagi.
‘’ Mmmm… iya juga yah, kok aku nggak kepikiran ke situ, makasih ya sudah menasehatiku. Aku akan bersungguh-sungguh belajar di pesantren demi orang tuaku’’, ucap nya dengan perasaan bersalah.
‘’Iya sama-sama, ya sudah mari kita tidur, besok kan kita juga mau kesekolah’’, ucspku dan segera mengajaknya untuk tidur’’.
Keesokan pagi nya,  seperti biasa yang kami lakukan di asrama hanya itu itu saja. Tiba-tiba dari kejauhan terdengar suara teman sekampungku meneriaki namaku. Dia adalah Darwin, orang yang mengejutkan ku ketika aku sedang menulis kemarin.
‘’Ariisssss….’’, teriaknya sambil berlari kearahku.
‘’ Iya win... ada apa kamu memanggilku’’, tanyaku merasa kebingungan.
‘’Ini ada titipan dari orang tuamu’’ jawabnya.
‘’ Ohhh terima kasih ya’’, Sambil membuka apa yang dititipkan orang tuaku. dan isinya adalah satu piring nasi yang di baluti kotak. Belum selesai ia membalas ucapan terima kasih, langsung saja kutarik dia dan kuajak untuk makan bersamaku walaupun satu piring untuk berdua.
‘’Ayoo ikut bersamaku, kita habiskan bersama makan ini’’, ajakku.
‘’Baiklah kalau itu mau, hehh kebetulan aku juga sedang lapar’’, jawabnya sambil tertawa.
‘’ Hahhh…dasar, kamu mah kalau soal makanan nomor satu’’, candaku.
‘’ Hahhh nggak juga lah..kan masih banyak orang yang nomor satu daripadaku’’, elaknya sambil menepuk bahu kananku.
‘’Hmmmm yaa sudah.. mari kita cari tempat untuk memakan makanan ini’’, ajakku karena tidak sabar ingin memakan makanan masakan ibuku.
‘’ Baiklah aku mengikut saja’’ jawab temanku.
Akhirnya kami menemukan yang cocok untuk kami menyantap makanan itu.
‘’ Nahh disitu bagaimana?’’, tanyaku sambil menunjuk kearah tempat itu.
‘’ Ya sudah disitu saja’’, jawabnya sambil tersenyum.
Yahh tanpa belama-lama kamipun langsung menuju tempat itu dan langsung menghabiskan makan itu, tidak membutuhkan waktu lama bagi kami untuk menghabiskan makanan itu.
Selesai makan kami pun segera masuk kekelas, karena guru sudah menunggu kami. Setelah kami masuk kami pun kangsung ditanya oleh Guru.
‘’Dari mana kalian Aris, Darwin?’’, Tanya pak guru.
‘’ Kami baru selesai makan guru, karena baru dapat kiriman dari orang tua saya’’, jawabkul tertunduk malu.
‘’ Ooo seperti itu, karena kalian terlambat jadi kalian mendapat hukuman, cepat kalian lari 2 putaran keliling lapangan’’, perintah pak guru
‘’ Baikk… Guru’’, jawab kami bersamaan dan segera melaksanakan hukuman itu.
Satu piring berdua ini merupakan istilah yang menggambarkan cara makan santri. Memang benar bahwa santri itu makan dengan porsi satu piring berdua, bahkan ada yang memakai satu nampan untuk berempat hingga berlima. Disaat momen seperti itu, santri itu bukan mencari kekenyangan, tapi mereka mencari arti kebersamaan dalam hidup berjama’ah. Jadi ya masa bodoh porsi seberapa pun, yang terpenting  mereka dapat merasakan kebersamaan.
Satu hal yang membuat aku menjadi bertahan dipesantren adalah sikap zuhud dan kekeluargaannya yang bikin aku betah. Sewaktu pertama kali aku tinggal di pesantren seperti berada di dunia lain, aku yang tak biasa makan bersama dalam satu piring, aku yang tak biasa mencuci baju sendiri, aku yang tak biasa membersihkan kamar mandi (piket), aku benar-benar merasa kalau ini adalah sebuah paksaan.Tetapi setelah 1 tahun aku tinggal di pesantren aku baru merasakan betapa nikmat nya hidup di pesantren. Seakan-akan  selalu mengingat akhirat dan berlomba dalam kebaikan. Insya allah…
Namun, dibalik semua itu tidak semua anak yang dimasukan ke pesantren itu adalah anak yang benar-benar baik, ada juga yang nakal dan tujuan orang tuanya adalah untuk merubah sikap anaknya itu. Dan aku merasakan di dunia pesantren ini, ada saja ulah santri yang terkadang hampir-hampir saja membuat aku ikut terjerumus.

21 komentar:

  1. Good Luck yaa dek ๐Ÿ˜Š๐Ÿ˜Š..

    BalasHapus
  2. Barakallah semoga sukses selalu bg

    BalasHapus
  3. ุจุง ุฑูƒ ุงู„ู„ู‡
    Semnagat terus pejuang bangsa .
    Mantao lanjutkan min.

    BalasHapus